Kali ini kita coba dapatkan sesuatu yang bermanfaat bagi pemahaman kita dalam teknologi 5G dan 6G dalam sebuah acara yang masih hangat pada https://www.oulu.fi/itee/news/6gsummit.
Acara ini dihadiri oleh 287 peserta dari 28 negara di Levi ski resort, kota Lapand, Finlandia, pada tanggal 24-26 Maret 2019.
Prof. Matti Latva-aho, Direktur 6G Flagship di Universitas Oulu menguraikan poin-poin berikut ini.
(1) Visi untuk tahun 2030 adalah tentang masyarakat kita adalah
(a) data-driven,
(b) enabled by near-instant,
(c) unlimited connectivity.
(2) Masalah yang akan dihadapi kita adalah
(a) menghadapi populasi yang terus tumbuh dan menua,
(b) permintaan akan produktifitas yang terus meningkat,
(c) perlunya menghubungkan miliaran orang yang saat ini belum terhubung.
Sedangkan poin yang bisa diambil dari Peter Vetter, Head of the Access Research at Nokia Bell Labs and a Bell Labs Fellow tentang 6G adalah
(1) Menjadi indera ke-6 bagi manusia.
(2) Jaringan tidak menjadi penghubung atau konektifitas saja, tapi juga akan menjadi sensor bagi manusia dan mesin.
(3) Contoh aplikasi adalah untuk mengerti apa yang terjadi di dalam ruangan, pengaturan energi dan pemantauan kesehatan.
(4) Contoh pengguna adalah rumah sakit, pengasuh orang tua, sistem lalu lintas, dan pembangkit energi.
(5) Peningkatan kondisi dan keberadaan manusia melalui peningkatan kemampuan untuk berfikir dengan bantuan kecerdasan yang diperbesar (augmented intelligence), peningkatan kemampuan untuk merasakan (sensing), menarik kesimpulan (deduce meaning), membuat prediksi dengan kecerdasan buatan (AI).
(6) Untuk mewujudkan semua ini perlunya jaringan syaraf untuk menghubungkan semuanya.
(7) 6G masih lama 10 tahun lagi, tapi penelitian di 6G harus sudah mulai karena perlu waktu 10 hingga 20 tahun untuk melihat sebuah inovasi baru diluncurkan secara komersial.
Poin-poin berikut oleh Dr. Wen Tong, Head of Wireless Research and Head of Communications Technologies Laboratories at Huawei tentang perlunya paradigma baru untuk penelitian yang fundamental.
(1) Masih banyak ruang terbuka untuk inovasi di bidang wireless.
(2) Perlunya generasi muda dan lingkungan untuk melakukan inovasi secara terus menerus.
(3) Masalah yang ada bukannya karena kurangnya imaginasi yang visioner, melainkan kurangnya teori yang konkrit untuk mendukung untuk realisasi dari visi tersebut.
(4) Oleh karena itu, perlunya penelitian yang fundamental yang tidak hanya focus pada solusi jangka pendek saja.
Banyak peserta kegiatan ini yang menggunakan 5G sebagai batu loncatan dalam memahami 6G sebagaimana poin-poin dari Takehiro Nakamura, SVP and General Manager of the 5G Laboratories in NTT DoCoMo berikut ini.
(1) Perlunya dua hal yaitu mimpi akan masa depan dan masalah dari dunia nyata.
(2) Diantara contoh use case di masa depan adalah low latency, reliability, konektifitas masif, dan lainnya. Sebagian besar sudah ada di 5G.
(3) Perlunya reabilitas tinggi yang ekstrim untuk menjamin kualitas layanan di industri.
(4) Puncak kecepatan data di atas 100 Gbps.
(5) Cakupan dengan kecepatan Gigabyte di mana saja.
(6) Biaya dan konsumsi energi yang sangat rendah (extreme low).
(7) Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) dengan kualitas tinggi dan real time.
(8) IoT yang masif untuk siapa saja dan di mana saja seperti sebuah satelit di ruang angkasa.
(9) Broadband untuk benda terbang bergerak yang memerlukan cakupan dan kehandalan yang tinggi.
(10) Seluruhnya dipicu oleh 5G yang perlu diperhatikan para peneliti untuk fokus tahun 2025 dan setelahnya.
Selanjutnya poin-poin dari Qi Bi, President of China Telecom Technology Innovation Center and CTO of China Telecom Research Institute.
(1) Perlunya menaruh perhatian lebih dari hanya sekedar kecepatan data yang selama ini sering dilakukan.
(2) Saat ini ada keluhan dari penyedia layanan internet yang mengalami saturasi dan pendapatan yang flat.
(3) Titik balik saturasi ini bisa didapatkan dengan layanan yang personal dan jaring 6G cerdas yang dapat berfikir dan mempersepsikan hal khusus secara otomatis.
(4) Kita masih belum tahu seperti apa 6G itu nantinya di masa depan. Akan tetapi 6G akan berdasarkan generasi sebelumnya.
Berikutnya adalah poin-poin yang bisa diambil dari Head of Ericsson Research, Magnus Frodigh.
(1) 5G akan membawakan kita sebuah dunia yang cerdas, berkesinambungan, dan terkoneksi.
(2) Banyak penelitian yang sangat bagus dan fit dengan perkembangan 5G.
(3) Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang tertanam di dalam jaringan serta dapat bekerja dengan data yang real-time akan menjadi faktor kunci.
(4) Konektifitas, kemampuan mengumpulkan data, komputasi di ujung (edge), sistem kendali close-loop menjadi kunci berikutnya dan akan menarik keluar pekerjaan komputasi dari perangkat.
Poin-poin dari Bernard Barani, Deputy Head of Unit in the CONNECT Directorate of the European Commission yang dapat kita ambil sebagai berikut.
(1) Eropa telah berada di ujung (edge, untuk memimpin perkembangan teknologi) dan akan terus mempertahankan posisinya tersebut.
(2) Keinginan untuk memiliki perspektif yang lebih terintegrasi antara IoT, cloud, dan layanan.
(3) Usaha untuk mengembangkan model yang tidak hanya tentang penelitian, tapi juga konektifitas, layanan, dan apapun yang membantu perkembangan 5G.
(4) Perlunya kerjasama global dan kolaborasi lintas regional dalam level penelitian. Sedangkan jika produk sudah final, maka sudah lain ceritanya karena sudah masuk ke ranah kompetisi dan pengembangan bisnis.
(5) Pentingnya bagi industri untuk melihat apa yang menguntungkan di masa depan, meskipun masih sulit memprediksi dan dalam keadaan puzzle.
(6) Pernyataan dari industri adalah bagaimana menjustifikasi investasi pada teknologi, apakah implikasinya terhadap ekonomi sosial, seperti apa bentuk jaringan di masa depan, dan lainnya.
Keluaran dari 6GSummit ini akan berupa white paper yang menjelaskan goal 6G yang ingin dicapai, contoh penggunaan yang ingin diantisipasi pada tahun 2030, persyaratan teknis yang terkait, tantangan utama pada penelitian, dan menolong untuk menyiapkan agenda penelitian dalam satu dekade mendatang.
Demikian poin-poin yang dapat kita ambil. Sehingga kita terus dapat memantau dan mengikuti perkembangan 6G, karena kita di akademia perlu terus memandang 10 tahun lebih maju. Kita juga perlu menetapkan kontribusi apa yang dapat kita berikan di dalam perkembangan teknologi 6G ini kedepannya dan juga dalam penerapan teknologi 5G saat ini yang akan diluncurkan secara resmi tahun 2020 kelak.
Sedangkan saya sendiri, Kemungkinan penelitian yang cocok, jika dikaitkan dengan salah satu slide presentasi di dalam 6G adalah tentang teknologi geolokasi tiga dimensi (3D) yang akurat dan presisi. Saat ini kami sedang finalisasi manuskrip untuk IEEE Sensor Journal dari hasil penelitian kami di teknik geolokasi tiga dimensi (3D) berbasis factor graph dengan menggunakan parameter pengukuran yang diterima pada suatu sensor atau receiver berupa arah kedatangan sinyal atau sering disebut sebagai direction of arrival (DoA) maupun angle of arrival (AoA)
[1]. Mari terus bersemangat dan berjuang dan meneliti di teknologi 5G dan 6G serta kedepannya.
Like artikel ini di
Facebook Page.
Muhammad Reza Kahar Aziz, S.T., M.T., Ph.D.
http://el.itera.ac.id/index.php/rezakahar/