Teknik elektro, ITERA, EL ITERA
Di era pandemi seperti saat ini, teknologi telekomunikasi sangat berperan penting dan menjadi tulang punggung untuk menghubungkan manusia dengan sistem yang telah berkembang pesat. Terbentuknya kebiasaan akan paradigma baru yang terjadi di kalangan masyarakat serta mulai hilang kebiasaan lama, memerlukan antisipasi sehingga Program Studi (Prodi)Teknik Elektro ITERA mengadakan webinar dengan tema “The Future of Telco: Trasform or Die?” pada Selasa (27/4/2021), melalui aplikasi Zoom dan Youtube. Partisipan aktif dalam kegiatan ini berjumlah 171 orang, terdiri atas kalangan akademisi dan non akademisi dari berbagai daerah di Indonesia, dengan didominasi oleh mahasiswa Prodi Teknik Elektro dan civitas akademika Institut Teknologi Sumatera (ITERA).
Acara yang berlangsung pada pukul 13.00 – 17.00 WIB ini dibuka secara resmi oleh Prof. Dr. Dipl. Ing. Ir. Reynaldo Zoro selaku Koordinator Prodi Teknik Elektro Institut Teknologi Sumatera (ITERA). Kemudian jalannya diskusi dimoderatori oleh Heriansyah, S.T., M.T. yang merupakan Ketua Unit Pelaksana Teknis (UPT) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ITERA, Assistant Professor di Prodi Teknik Elektro ITERA, serta sebagai Researcher di Johannes Kepler University of Linz, Austria.
Sebagai pemateri, Agung Wahyudi merupakan lulusan S1 dari Jurusan Teknik Elektro di Institut Teknologi Bandung (ITB), 1999, kemudian menyelesaian studi S2 di National University of Singapore (NUS), Singapura, 2008, dan selanjutnya S3 di Delft University of Technology (TU Delft), Belanda, sejak 2015, serta mengikuti pendidikan profesional di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat, 2016. Beliau juga merupakan Senior Officer di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk., dan Research Technology, Policy, Management TU Delft Big Data Practitioner di Belanda.
Dalam penyampaian materi, Bapak Agung Wahyudi mengatakan bahwa bisnis telco yang pada mulanya mengalami masa golden age pada tahun 2000 awal dimana revenue dari pendapatan short message service (SMS) dapat menghidupi seluruh karyawan beserta bonus-bonusnya. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, dunia internet sekarang ini lebih didominasi oleh over the top (OTT) seperti Youtube, Zoom, WhatsApp, dan lain sebagainya yang mempengaruhi kemunduran dari industri telco, dalam hal ini merujuk kepad perusahaan operator telekomunikasi. Pada tahun 90-an telco menghadapi turbulensi terhadap lepasnya monopoli menjadi liberal dan telco harus melakukan transformasi mengikuti perkembangan globalisasi yang terjadi.
Transformasi yang harus dilakukan industri operator telco sangat menentukan nasibnya di dunia saat ini, karena saat ini mengalami persaingan yang sangat ketat. Pada awalnya kita melakukan panggilan dari luar negeri menggunakan sistem roaming dengan biaya yang cukup mahal. Sedangkan sekarang panggilan tersebut dapat dilakukan secara gratis melalui aplikasi seperti Skype dan WhatsApp. Transformasi digital juga berdampak pada semua aspek kehidupan saat ini, mulai dari cara hidup masyarakat hingga cara negara mengembangkan ekonominya. Di tengah pandemi yang belum usai, digitalisasi terus membentuk kembali lanskap industri operator telekomunikasi, sekaligus memberi peluang untuk mengambil peran lebih besar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi suatu negara, termasuk di Indonesia.
Rata-rata pendapatan dari pelanggan operator telco dari Telkomsel dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan karena dengan adanya OTT yang saling destruktif satu sama lain yang membuat SMS dan panggilan telepon mulai ditinggalkan pada saat ini. Kenaikan program OTT yang mulai dikenalkan pada tahun 2009 dalam kurun waktu 11 tahun hingga saat ini telah terdapat dua miliar pengguna. Hal tersebut merupakan kenaikan yang sangat signifikan. Ada beberapa faktor yang membuat operator telco harus berubah diantaranya adalah perilaku hiper-adopsi teknologi baru seperti data analytics dan teknologi artificial intelligence (AI), kurang seimbangnya investasi antara persaingan jaringan generasi keempat dan kelima (4G dan 5G), terdapat bisnis baru di beberapa pangsa pasar, dan pertumbuhan kecepatan telco mergers and acquisitions (M&A).
Bapak Agung Wahyudi menyampaikan bahwa tujuan dari transformasi digital adalah untuk meningkatkan pendapatan yang ada dan membuka peluang pendapatan baru, meningkatkan efisiensi dan kemajuan internal perusahaan, dan untuk meningkatkan pengalaman dari pengguna. Selain itu terdapat beberapa arah yang mungkin akan dilakukan untuk transformasi digital oleh beberapa provider telekomunikasi seperti operator telco yang fokus hanya pada koneksi dengan basis business-to-business B2B disebut sebagai dump pipe. Kemudian ada juga yang hanya mempertahankan teknologi yang ada seperti SMS dan panggilan telepon yaitu outmoded player. Selanjutnya, ada provider seperti outmoded player tetapi lebih pintar karena selain mempertahankan teknologi yang ada mereka juga mempertahankan pendapatan jangka panjang dengan cara menambah layanan digital yang baru disebut smart pipe. Ada juga operator telco yang hanya fokus untuk layanan dan tidak memiliki jaringan. Terakhir ada integrated digital services provider (IGSP) yaitu terdapat jaringan dan layanan servis kepada pelanggan.
Adapun cara untuk mengimplementasikan transformasi digital di operatortelco, dalam webinar tersebut disebutkan ada 10 journey of telco yang mana empat untuk teknologi, dua untuk layanan digital, dua terkait dengan operator, dan dua untuk pengguna. Pertama, dari elemen jaringan yang terkelola dengan baik, komunikasi virtual, dan penyimpanan internal. Kedua, dari keamanan khusus suatu produk yang reaktif, hingga keamanan yang proaktif dan diatur secara seragam. Ketiga, dari segi eksploitasi data yang terbatas dan menjadi perusahaan yang berpusat pada data secara strategis. Keempat, dari sistem manajemen tertutup menuju ke platform application programming interface (API) yang lebih terbuka. Kelima, dari portofolio layanan yang sederhana dan terbatas sehingga portofolio layanan digital dapat beragam. Keenam, dari pengelolaan pasokan terbatas hingga berkembang kedalam ekosistem mitra yang dinamis. Ketujuh, dari sejumlah model bisnis yang terbatas hingga menggunakan beberapa model bisnis yang baru. Kedelapan, dari organisasi dan budaya telekomunikasi tradisional, ke telekomunikasi yang lebih modern. Kesembilan, dari yang awalnya hanya fokus ke saluran pemasaran yang tradisional hingga sekarang lebih luas lagi kanal pemasarannya. Terakhir adalah transformasi dari manajemen hubungan kepada pelanggan hingga pengalaman pelanggan.
Pak Agung juga memberikan saran untuk mahasiswa mengenai kompetensi yang akan menjadi trend dan harus di pelajari atau di kuasai. Pertama, kompetensi yang sangat dicari adalah big data analytics dan banyak perusahaan saat ini hanya menggunakan big data analytic untuk mengumpulkan data. Kedua, kompetensi mengenai cloud computing. Ketiga, kompetensi development sebagai information technology (IT) untuk pemrograman coding dimana bisa membuat kode yang berperforma tinggi dan orang lain harus dapat memahami code yang telah kita buat. Tak lupa juga pentingnya kompetensi Data Engineer yang berbeda dengan Data Scientist, karena Data Engineer dapat menghubungkan berbagai macam data dari berbagai tools.
Penulis oleh Denia Aldi Saputra, Teknik Elektro 2020, ITERA
Editor oleh Muhammad Reza Kahar Aziz, Assistant Professor, Teknik Elektro dan Teknik Telekomunikasi, ITERA