Biasanya tips ini terjadi di ronde review/revisi menengah ke akhir. Setelah ronde awal masalah grammar, typo, format, gambar, dan lainnya sudah bersih dari kesalahan. Mulai masuklah ke masa-masa penguatan tulisan agar “strong”. Dan sebuah tulisan karya ilmiah, paper untuk artikel di jurnal atau untuk prosiding, maupun untuk tesis, dianggap lulus review/revisi/koreksi jika para sensei sudah bilang ya ini sudah enak bacanya, sudah smooth, very smooth, sudah hampir tidak ada kesalahan lagi dari segi kejelasan, redudansi, konsistensi dan alur logic yang mengalir indah bagaikan membaca novel. Hasilnya adalah para mahasiswa di Lab kebanjiran best paper award. Termasuk saya mencicip best paper award di Asia Modelling Symposium (AMS) 2015, Kuala Lumpur, Malaysia yang diadakan oleh IEEE Computer Society dengan pusat di UK. Saat ini nilai paper saya lebih dari 9 point dari total 10 point, sedangkan juara dua nilainya 7 koma. Jadi terjadi gap lumayan jauh dari paper juara kedua. Akhirnya paper saya mendapatkan overall best paper dengan point tersebut. Jadi Tips-nya ada sebagai berikut
1. Crystal Clear
Kalimat yang ditulis jangan sampai bermakna ambigu. Sensei Full Professor di Lab S3 saya selalu mengulang kata ini “Crystal Clear”. Kalau menjawab komentar dari reviewer, kadang pake kata “for clarity purpose”. Salah satu tipsnya adalah jangan menulis satu kalimat yang panjang sekali pake koma. Cukup pendek saja satu kalimat lengkap, seperti yang dinasihati Asisten Professor di Lab, ada subyek, predikat, dan objek terus titik, singkat, padat, penuh makna.
2. Be Consistent
Kali ini sering diingatkan oleh Sensei Assistant Professor di Lab S3 saya. Agar selalu konsisten dalam menulis. Misalnya jika sudah didefinisikan singkatan maka harus konsisten dipakai terus singkatan tersebut. Suatu istilah juga harus konsisten dipakai jangan dirubah-ubah. Jadi kalau membuat paper bahasa Indonesia atau kata bahasa Indonesia atau bahasa Inggris perlu dipilih dan konsisten dipakai terus. Konsistensi ini juga akan mencegah ketidakjelasan atau ambiguitas, menuju Crystal Clear.
3. No Redudancy
Ini sering sekali dicoret satu atau lebih kalimat yang redudansi sudah dijelaskan di awal, kemudian diulang lagi. Menulis paper karya ilmiah perlu kalimat yang efektif dan efisien. Tentu saja tidak ada ruang untuk redundansi. Kalimat-kalimat yang bermakna sama bahkan tertulis sama persis yang berulang-ulang muncul. Semua harus muncul satu kali dengan posisi yang pas sehingga jika perlu, tinggal disebut posisinya di mana agar reader bisa melihat lagi ke posisi kalimat tersebut. Bukan kita tulis ulang kalimat tersebut. Belum lagi paper juga mempunyai halaman terbatas, contohnya IEICE General Conference 1 – 2 halaman, IEEE Conference 4 – 6 halaman, kadang bisa tambah 7 halaman. Jurnal minimal 8 halaman dan ada yang maksimal 15 halaman seperti IEEE Transaction Wireless Communications. Jadi space yang diberikan perlu dimanfaatkan secara maksimal maupun optimal.
4. Smooth Logic (Not a Jumping Frog)
Sensei Full Professor di Lab S3 saya menyebut jumping frog (kodok melompat) jika menemukan antar kalimat terjadi lompatan logika ke sana kemari seperti kodok melompat. Pernah saya bercanda ke sensei. Kebetulan di mejanya ada kamus bahasa Inggris, saya iseng buka jumping frog, ternyata ada. Tapi makna jumping frog di kamus itu positif sekali. Artinya adalah seorang yang naik pangkat dengan melompat, misalnya dari Kapten langsung jadi Kolonel, tanpa perlu Letnan Kolonel. Saya tunjukkan kamus itu. Sensei tetap bilang kalau mereka sering menyebut logic antar kalimat yang lompat-lompat sebagai jumping frog. Tips agar bisa logic smooth antar kalimat biasanya adalah dengan kata sambung antar kalimat, seperti furthermore, hence, nevertheless, therefore, then, dll. Jika logic antar kalimat sudah mulus mengalir, logic antar paragraph sudah mulus, maka amanlah semua, masa-masa tough revisi akan berakhir, lampu hijau untuk submit akan segera diberikan.
Bandar Lampung, 18 September 2018
Acknowledgement : Sebagian dari tulisan ini didapatkan dari para supervisor saya, Tad Matsumoto, PhD (Full Professor di JAIST, Jepang dan Professor (FiDiPro) di Oulu University Finlandia) dan Dr. Eng. Khoirul Anwar (former Assistant Professor di JAIST, Jepang, sekarang Associate Professor di Tel-U, Indonesia), juga dari pengalaman menjadi reviewer untuk lebih dari 60 paper di berbagai jurnal dan conference, di antaranya IEEE Transaction on Vehicular Technology, IEEE ICC, IEEE Globecom, dan IEEE VTC.
Like artikel ini di
Facebook Page Kesalahan Umum dalam Menulis Karya Ilmiah/Paper/Artikel Jurnal.
oleh Muhammad Reza Kahar Aziz, S.T., M.T., Ph.D.
http://el.itera.ac.id/index.php/rezakahar/